OK. Buku ini sangat lucu. sepakat. Menguak semua kisah kehidupan Koas. Entahlah bagaimana pendapat pembaca non Koas membaca buku ini. Nah, karena itu, hingga kini menjadi beban pikiranku. Buku ini terlalu buka-bukaan menurutku. Mulai berani jika dibandingkan dengan Cado-Cado pertama. Realita yang diungkap hampir terjadi di dunia Koas bukan hanya di FK USU saja mungkin. walaupun beberapa terlalu dihiperboliskan sehingga terkesan "ih.. ngak segitunya kok".
Pikiranku sedikit terbebani dibagian "DOK, PAPA KIRIM SALAM". yah.. kuakui, pertama membacanya tertawa sendiri. setelah itu, saya mulai merenung. memang sudah bukan rahasia umum lagi. Jika seorang Koas memilih "JALAN PINTAS" agar bisa tetap survive di dunia kedokteran yang begitu berat. Seorang Koas yang mengandalkan nama besar orangtuanya (mungkin Supervisor/Professor di Rumah sakit setempat) untuk memuluskan jalannya ketika ujian dibagian tertentu. Miris rasanya. apalagi orang-orang non medis kemungkinan juga membacanya. apa jadinya dokter-dokter sekarang yang hanya mengandalkan "DOK, PAPA KIRIM SALAM". Apakah pasiennya akan sembuh dengan hanya berkata seperti itu?
harus di akui, garis keturunan di dunia kedokteran memang sangat erat. Jika anak tersebut salah satu supervisor Rumah Sakit tempat Koas. yah.. bisa dijamin.. hidup akan lurus-lurus saja. Sisa nyebut nama orang tua saja, semuanya akan berada pada posisi "SAVE". Sebuah anugerah jika sesorang itu bisa lahir dari keluarga dokter. bukankah mereka tak pernah memilih mau lahir dari keluarga mana? Sayangnya banyak yang menyalahgunakan fasilitas yang diberikan oleh orang tua mereka, termasuk fasilitas hubungan darah tersebut. Hmm.. bukankah menyenangkan jika kita bisa lulus dari satu bagian dengan usaha kita sendiri?
Selama Koas, 1 tahun lebih. Kuakui banyak yang kutemui dan bahkan sebagian dengan orang-orang yang mengandalkan nama besar orang tuanya.. hufft. Tapi ada beberapa kok yang walaupun anak supervisor bahkan Professor tapi tidak banyak tingkah. walaupun otaknya biasa-biasa saja, tapi tetap menjalankan koas sesuai prosedur.tidak pernah membanggakan nama besar orang tuanya. Bahkan mereka, sebelum memulai bagian berkata seperti ini
" teman2 minta tolong yah, jangan cerita kesiapa2 apalagi ke residen kalau saya anaknya dr.XX. Saya hanya ingin berjuang menjadi dokter tanpa bayang2 orang tua saya"salah satunya seorang anak Prof di bagian bedah WS dan Alm. Prof di Interna WS. Yah.. jadi jangan lantas mengeneralisir dan langsung menghakimi, jika anak supervisor/ Prof pasti tingkahnya "RESE" dan hanya mengandalkan "DOK, PAPA KIRIM SALAM".Tidak semua seperti itu juga.
Biarlah masyarakat yang menilai.. kelak.
pesanku cuman 1, janganlah jadi dokter yang merugikan orang lain, entah itu rekan sejawat sendiri ataupun masyarakat..
Cado-cado kuadrat. buku recomanded buat yang ingin tahu susahnya jadi dokter ^__^
2 komentar:
ada juga ya yg kyk itu :D
Maaf, klo saya komen...
sekedar meluruskan, kalo dr. Feririva Hamzah itu bukan lulusan FK USU tapi lulusan FK UISU...
thanks...
Posting Komentar