Rabu, 25 Mei 2011

[Repost] Kisah seorang dokter pemerhati terumbu karang

kisah seorang dokter pemerhati terumbu karang


Iseng-iseng buka-buka Flickr lagi.. dan tentu saja, seperti biasanya saya mencari beberapa foto yang cukup populer di flickr saya yang sudah dibuka berkali-kali.. dan sepertinya, Photostream-ku ini masih tetap jadi yang ter "MOST VIEWED".. 223 views, 1 comment, 1 favourite., hihi. bukan sebuah foto sih. lebih tepatnya lembaran layout majalah di kampusku.SINOVIA. sudah sangat lama artikel ini, tapi saya masih bisa mengingatnya dengan jelas proses terbentuknya artikel ini.sungguh bukan perjuangan yang biasa...

Lokasi : Pantai Selayar
fotografer : Benedicta Wayan Suryani Wulandari, dr, SpM
Layouter : haekal + maya
Penulis/Editor : Any

dan ini adalah kutipan artikel yang sangat menarik.... thanks for my "pimred", yang telah menulis artikel ini dan membuatnya jadi "bernyawa".. I like this... ^__^

KISAH SEORANG DOKTER PEMERHATI TERUMBU KARANG
Menjadi seorang dokter mungkin memiliki nilai kebanggaan tersendiri. Nama besar seorang dokter menjadi sesuatu yang begitu diharomati di lingkungan masyarakat. Hingga menjadi dokter besar dan ternama merupakan impian banyak dokter saat ini. Namun, bagaimana dengan nasib dokter yang mengabdikan dirinya di daerah terpencil? Mungkin tak dapat meraih nama besar layaknya dokter-dokter di kota besar, namun jika kita memandang di sudut yang berbeda, ternyata banyak nilai plus yang dapat kita pelajari di daerah tersebut. Hal inilah yang coba untuk ditunjukkan oleh Dokter Benedicta Wayan Suryani Wulandari, Sp.M seorang dokter yang telah sekitar 3 tahun mengabdikan dirinya di RSUD Selayar.
Beberapa waktu lalu dengan prakarsa Dokter Joko Hendarto, salah seorang dosen Falkultas Kedokteran Unhas, digelar talkshow seputar sisi lain seorang dokter. Talkshow yang mengangkat tema “Sisi Lain Seorang Dokter Terumbu Karang” berawal dari kunjungan dokter Joko ke Selayar yang merupakan tempat dr. Benedicta mengabdikan diri kepada masyarakat. Beliau kemudian tertarik dan mencoba membuka wawasan terhadap real life for being doctor sehingga digelarlah talkshow tersebut di FK Unhas. “Saya senang bisa sedikit membagi pengalaman saya selama bertugas di Kabupaten yang 95% wilayahnya adalah lautan, dengan 123 pulau yang tersebar mulai dari perairan Bira hingga Flores”, ungkap Dr. Benedicta dalam sebuah wawancara tertulis dengan tim reporter Sinovia. Saat ditanya mengapa mengambil tema seputar Terumbu Karang, dokter yang ramah dan murah senyum ini santai menjelaskan karena memang terumbu karang yang ia jumpai, alami, pelajari dan cintai di tempat ia bertugas.
Menurut Dokter yang menyelesaikan pendidikan spesialisnya di FK Unhas ini bahwa menjadi dokter bukan berarti kita menutup mata terhadap hal-hal menarik di luar sana.” being a doctor doesn't mean we close our eyes for something else”, ujarnya. Penerapan long life learning bukan hanya untuk pendidikan kedokteran kita saja namun semua hal dan nilai-nilai lainnya yag dapat kita pelajari di dunia ini. Tak terkecuali bila jalan hidup membawa kita ke dunia terpencil, mengabdi pada kemanusiaan dengan sarana seadanya, kita masih dapat mempelajari banyak hal yang berbeda. “Kalau di kabupaten kepulauan selayar, belajar konservasi penyu, scuba diving, management resort, desain T-shirt & souvenir lain, dll”.
Saat ditanya harapan Beliau seputar talkshow-nya, Ibu dari tiga anak ini berharap baik mahasiswa kedokteran maupun dokter-dokter bisa memandang masa depan dengan lebih yakin, lebih punya rasa ingin tahu, dan seimbang antara skill sebagai dokter (sharp diagnostic & good treatment) dengan skill kemasyarakatan. Kedua, seimbang antara pekerjaan dan hobi karena ibaratnya, hobi bisa me-recharge energi kita dalam bekerja, supaya bisa selalu full service dan masyarakat bisa menilai baik hasil kerja kita. Dan yang ketiga, supaya teman-teman tidak takut bekerja di daerah terpencil sebab banyak hal baru yang bisa ditemui dan dipelajari. “As long as we had the attitude. No problem at all”, ungkapnya mengakhiri wawancara.


(dikutip dari majalah Sinovia FK UNHAS edisi 35)


Tidak ada komentar: