Selasa, 22 September 2009

BILIK KECIL, ketika mimpi dimulai dari tempat ini...

Bilik kecil ini menimbulkan keposesifan. Padahal tidak ada materi yang bisa dibanggakan dari ruang geometri tak jelas ini. Sebuah komputer tua yang sering hang, dua buah lemari buku hasil jarahan dan sebuah TV hasil klaim, hanya itu barang-barang yang bisa dijual dari bilik kecil ini. Tidak ada lagi yang lain. Tidak mungkin menjual AC rusak yang sudah menggantung dan mengotori bilik kecil pengap ini selama dua tahun terakhir. Walaupun ada rencana menjual, selalu saja urung dieksekusi karena baru membicarakannya saja, para penghuni bilik sudah merasa sakit mengingat semua kejahatan, kebasahan, kelembaban dan keapekan yang telah diperbuat AC tua itu. Kata salah satu penghuni,"biarkan saja dia di situ. Prestise. Untuk ukuran keindonesiaan, AC adalah barang mewah. Mungkin saja dia bisa membawa aura kemewahan di mata para tamu Indonesia". Sebuah alasan mati untuk menyembunyikan rasa muak.

Tapi memang mengherankan. Bilik kecil ini bisa menimbulkan daya magis yang lebih kuat menarik dan mengikat terhadap penghuninya dibanding kawat gigi terhadap gigi. Padahal tidak ada upah yang didapat para penghuninya dari menjagai bilik tak berbentuk ini selain rasa pengap karena keringat dan panas tubuh. "Ini perkara di luar logika", begitu jawab salah satu penghuni ketika ditanyai soal alasannya bertahan di bilik kecil.

Banyak hal di dunia ini yang berjalan di luar logika, terutama jika itu berkaitan dengan keposesifan. Tapi apa para penghuni bilik kecil itu tahu hal ini? Mereka tahu dan sangat menyadarinya, bahwa saat ini mereka sudah berjalan menjauhi realitas. Tapi mereka sudah tidak bisa lagi mundur. Ada sesuatu yang harus mereka tuntaskan namun tidak mungkin diputuskan tentang mereka terhadap bilik kecil ini. Kata orang-orang di zaman, batu masih jadi barang berharga, para penghuni bilik kecil itu tengah dimabuk cinta. Cinta pada bilik tak jelas.

Pasti ada sesuatu pada bilik itu yang membuat penghuninya jatuh cinta. Penulis bilang, itu kenangan. Nostalgia dengan masa lalu.

Nostalgia yang merekatkan generasi-generasi berbeda menjadi sebuah keutuhan di bilik kecil ini.

Penulis: Skydrugz (http://skydrugz.blogspot.com/2009/09/bilik-kecil.html)
-----------------------------------------------------------------------------------------

2 komentar:

MUA Indonesia mengatakan...

Tidak hendak berkomentar banyak, tapi setidaknya bilik kecil itu seolah menjadi pataka untuk menandakan dimulainya perjalanan panjang idealisme kemahasiswaan..

Semoga auranya selalu melekat dalam setiap jejak pengharapan!

Viva SINOVIA..terus berkarya, meski hanya di dunia maya!

Asri Tadda

Skydrugz mengatakan...

deh,,,dimaukan juga disini...